16 Juni 2010

onani ohnani nikmatnya dirimu.....

Hasil riset yang dipublikasikan
New Scientist menyebutkan bahwa laki-laki yang teratur melakukan
masturbasi berisiko lebih kecil mengidap penyakit kanker
prostat.Menurut penjelasan para peneliti dari Cancer Council Victoria
Melbourne, Australia, yang menggagas riset ini, senyawa kimia penyebab
kanker (zat karsinogen) akan tertimbun dalam prostat jika laki-laki
tidak melakukan ejakulasi atau mengeluarkan cairan sperma secara
teratur. Mereka juga menekankan, ML belum tentu akan memberikan efek
perlindungan yang sama, karena ada kemungkinan terjadinya penularan
atau infeksi penyakit seksual, yang justru dapat meningkatkan risiko
terkena kanker.
Dalam risetnya, peneliti melibatkan sebanyak 1.000
laki-laki yang mengidap kanker prostat, serta 1.250 laki-laki lainnya.
Peneliti menemukan fakta bahwa mereka yang sering ejakulasi antara usia
20-50 tercatat paling rendah kemungkinan mengalami kanker.
Dampak
atau efek proteksi terbesar, menurut peneliti, bisa didapat ketika
laki-laki berusia 20-an. Riset itu juga menyebutkan, laki-laki yang
melakukan ejakulasi lebih dari lima kali sepekan mendapat penurunan
risiko hingga sepertiga kali mengidap kanker prostat di masa usia
lanjut.
Riset sebelumnya pernah mengungkapkan bahwa tingginya
frekuensi hubungan seks di antara pasangan atau tingginya aktivitas
seksual dapat meningkatkan risiko mengidap kanker prostat hingga 40%.
Namun begitu, peneliti Australia yang melakukan riset terbaru ini
mengindikasikan bahwa penelitian sebelumnya tidak menganalisa dampak
perlindungan dari aktivitas ejakulasi, karena terlalu fokus pada
hubunngan seks yang berkaitan dengan risiko penyakit menular seksual.
Seorang peneliti, Graham Giles, mengindikasikan bahwa aktivitas
ejakulasi dapat mencegah penimbunan zat karsinogen dalam kelenjar
prostat. Prostat merupakan kelenjar yang menghasilkan cairan untuk
semen ketika ejakulasi yang mengaktifkan sperma dan mencegah keduanya
bercampur.
Cairan ini mengandung berbagai jenis zat yang mengandung
potasium, seng, fruktosa, dan asam sitrat dengan konsentrasi tinggi
yang dialirkan dari pembuluh darah.
Menurut Giles, dengan minimnya ejakulasi akan membuat zat-zat karsinogen ini menumpuk atau tertimbun dalam prostat.

11 Februari 2010

Mmuuach...Bl0k-M q tercinta..

Q tak prnah melupakan kalyan..
Q syng ma kalyan..
Walaupun mngkn tanpa Q sadari..Q tlah menyakiti kalyan..M0ga kalyan mw memaafkannya..
Hanya dg kalyan Q mrsa kehangatan sebuah keluarga..Sampai kapanpun kalyan akan sllu mnjdi kluarga Q..
I luv u bl0k-M..
Nti pas manggang Q g mw ada yg ga dtng!! He..
Mmuuach...

20 Januari 2010

SALAM UNTUK KELUARGAKU...

sebuah keluarga tak kan lupa akan anggota kluarganya...
mungkin skarang mereka sudah punya sesuatu yang membuat mereka senang...
karena hanya sesuatu yang membuat mereka senang, nyaman dan bahagialah yang mereka cari...

ketika kesenangan dan kenyamanan itu telah mereka dapatkan, mereka akan lupa dan terbawa suasana...
semua sibuk dengan urusan dan kepentingan mereka masing-masing...
tak dapat dipungkiri, itu semua karena mereka punya tujuan dan kepentingan masing-masing...

blok-m akan melakukan apa saja sesuai dengan keinginan mereka meskipun terkadang tanpa disadari akan menyakiti salah satu dari mereka...

tapi sebuah kebanggaan menjadi bagian dari blok-m yang memiliki kehangatan...
karena aq tahu blok-m takkan meninggalkanq sendirian...

semoga apa yang kita inginkan dapat tercapai bersama-sama...

salam...

09 Januari 2010

What is Shopaholic ????

Shopaholic
Apa shopaholic itu? Shopaholic berasal dari kata shop yang artinya belanja dan aholic yang artinya suatu ketergantungan yang disadari ataupun tidak. Menurut Oxford Expans (dalam Rizka, 2008) dikemukakan bahwa shopaholic adalah seseorang yang tidak mampu menahan keinginannya untuk berbelanja dan berbelanja sehingga menghabiskan begitu banyak waktu dan uang untuk berbelanja meskipun barang-barang yang dibelinya tidak selalu ia butuhkan. Mungkin muncul pertanyaan dihati Anda, bagaimana gejala-gejala seseorang yang mengalami shopaholic?


Gejala-gejala Shopaholic

Perlu diketahui bahwa tidak semua orang yang suka berbelanja atau pergi ke mall dapat dikatakan shopaholic. Menurut Klinik Servo (2007), seseorang dapat dikatakan mengalami shopaholic jika menunjukkan gejala-gejala sebagai berikut:

* Suka menghabiskan uang untuk membeli barang yang tidak dimiliki meskipun barang tersebut tidak selalu berguna bagi dirinya.
* Merasa puas pada saat dirinya dapat membeli apa saja yang diinginkannya, namun setelah selesai berbelanja maka dirinya merasa bersalah dan tertekan dengan apa yang telah dilakukannya.
* Pada saat merasa stres, maka akan selalu berbelanja untuk meredakan stresnya tersebut.
* Memiliki banyak barang-barang seperti baju, sepatu atau barang-barang elektronik, dll yang tidak terhitung jumlahnya, namun tidak pernah digunakan.
* Selalu tidak mampu mengontrol diri ketika berbelanja.
* Merasa terganggu dengan kebiasaan belanja yang dilakukannya.
* Tetap tidak mampu menahan diri untuk berbelanja meskipun dirinya sedang bingung memikirkan hutang-hutangnya.
* Sering berbohong pada orang lain tentang uang yang telah dihabiskannya.


Setelah Anda mengetahui gejala-gejala shopaholic maka Anda dapat mulai mencermati diri Anda sendiri atau keluarga atau rekan dekat Anda apakah telah menderita shopaholic atau tidak. Mungkin muncul pertanyaan dihati Anda, apa dampak dari shopaholic?


Dampak Shopaholic
Shopaholic dapat mengakibatkan berbagai dampak yang merugikan yaitu:

* Sering mengalami kehabisan uang padahal masih awal bulan.
* Dapat mengakibatkan seseorang memiliki hutang dalam jumlah yang besar karena untuk memenuhi pikiran-pikiran obsesi untuk berbelanja dan berbelanja.
* Dapat mengakibatkan seseorang dipecat dari pekerjaannya karena melakukan pemborosan dengan menggunakan uang perusahaan.
* Memicu seseorang untuk melakukan tindak kriminal (seperti mencuri, memeras,korupsi dll) hanya karena ingin mendapatkan uang demi memnuhi dorongan untuk belanja yang terus-menerus dalam dirinya.
* Dapat mengakibatkan perceraian karena pasangan dari si penderita shopaholic merasa tersiksa dengan uang yang selalu dihabiskan pasangannya hanya untuk berbelanja dan berbelanja.
* Dapat mengakibatkan pertengkaran karena pemborosan yang dilakukan oleh penderita shopaholic.
* Dapat mengakibatkan seseorang bunuh diri karena dalam dirinya selalu muncul pikiran-pikiran obsesi untuk berbelanja dan berbelanja dan si penderita merasa tersiksa jika tidak melakukan pikiran-pikiran obsesinya tersebut.

Dampak dari shopaholic memang sangat merugikan bagi kehidupan seseorang bahkan dapat mengancam keselamatan dirinya sendiri dan orang lain. Apakah hanya perempuan saja yang mengalami shopaholic, karena perempuan sering dijuluki kaum yang suka shopping?


Penyebab Shopaholic

Mungkin saat ini, Anda sedang bertanya-tanya apa penyebab seseorang mengalami shopaholic? Menurut Klinikservo (2007), ada beberapa penyebab seseorang mengalami shopaholic, yaitu:

* Seseorang menganut gaya hidup hedonis (materialis) dan mempersepsi bahwa manusia adalah human having. Human having adalah seseorang yang cenderung mempersepsi orang lain berdasarkan apa yang dimiliki (seperti punya mobil, rumah, jabatan). Human having ini akan mengakibatkan seseorang merasa terus kekurangan, selalu diliputi kecemasan, tidak akan termotivasi untuk mengejar kebutuhan pada tingkat yang lebih.
* Kecemasan yang berlebihan karena mengalami trauma di masa lalu.
* Iklan-iklan yang ditampilkan diberbagai media yang menggambarkan bahwa pola hidup konsumtif dan hedonis merupakan sarana untuk melepaskan diri dari stres.
* Adanya pikiran-pikiran obsesi yang tidak rasional

Apakah shopaholic merupakan salah satu bentuk gangguan psikologis? Shopaholic merupakan salah satu bentuk dari gangguan obsesi kompulsif. Apa definisi dan penyebab terjadinya gangguan obsesi kompulsif? Untuk lebih jelasnya, simaklah uraian singkat tentang gangguan obsesi kompulsif


Solusi Mengatasi Shopaholic
Shopaholic dapat diatasi dengan CBT (Cognitive Behavioral Therapy) dan terapi relaksasi. CBT akan membantu penderita untuk mengatasi pikiran dan perilakunya yang tidak rasional dan mencegah penderita untuk melakukan kebiasaan belanja secara terus-menerus. Selain itu, terapi relaksasi berguna untuk membantu mengurangi kecemasan dan membantu penderita untuk rileks dalam menghadapi pikiran-pikiran obsesinya yang muncul. Penderita Shopaholic juga perlu dilatih untuk membedakan antara keinginan dan kebutuhan sehingga hal dapat mulai mengontrol kebisaan belanjanya yang tidak rasional.


Solusi Untuk Mencegah Seseorang Menderita Shopaholic

Agar Anda tidak mengalami Shopaholic maka sebaiknya sesegera mungkin Anda mengontrol diri Anda pada saat berbelanja dan mengatasi stres dengan cara yang positif. Anda dapat melakukan perencanaan pengeluaran Anda ketika akan pergi ke mall sehingga hal dapat mengontrol perilaku belanja Anda yang tidak terkontrol. Namun, Anda juga harus komitmen hanya membeli barang yang benar-benar Anda butuhkan bukan karena godaan sesaat. Selain itu, Anda perlu pembukukan pengeluaran-pengeluaran yang telah Anda lakukan dan mencatat barang-barang kebutuhan pokok apa saja yang memang perlu untuk dibeli sehingga Anda dapat mengontrol perilaku belanja.